Belajar Tentang Luar Angkasa

Hasna dan Husna sedang bermalam di rumah pohon buatan kakek mereka. Mereka sedang meneropong bintang dengan teropong dari tantenya. Lensa teropong itu sangat kuat, sampai bisa menembus galaksi Bima Sakti. Jadi amat berharga bagi mereka.

“Eh? Lho? Eeh? Aduh, mana tadi?” kata Hasna, sambil menggeser-geser teropongnya.

“Apa sih, Hasna? Ah, eh, ah, eh, aja!” kata Husna sedikit ketus.

“Naah…ketemu! Sini, Husna! Coba lihat!” kata Hasna nggak sabaran.

“Yaa Allah…kalau kamu masih berkutat di situ, aku nggak bisa lihat, Hasnaa…” kata Husna sambil pura-pura menepuk jidat, dan sambil menahan tawa.

“Ah…iya juga, ya…” kata Hasna. Melihat adiknya lalai, Husna langsung nyerobot teropongnya.

“Itu namanya galaksi, Hasna…Kamu tahu nggak, apa itu galaksi? Galaksi adalah gugus raksasa bintang-bintang dan nebula yang terbentuk dari materi yang tersebar di antara bintang-bintang. Ada tiga kategori galaksi menurut bentuknya…”

“Husnaaa…kamu ngapain jelasin panjang lebar gitu?” kata Hasna sambil menguap.

“Kan, kata tante, dengan teropong ini kita juga harus belajar mengenai yang ada di luar angkasa. Biar kamu juga tauu…” kata Husna, lalu melanjutkan penjelasannya.

“Pertama, galaksi-galaksi elipstis dengan bentuk oval. Kedua, galaksi-galaksi heliks yang berbentuk seperti pegas dengan lengan-lengan meliuk seperti spiral menjulur keluar seolah-olah meledak karena penggelembungan pusat sentrifugal. Ketiga, galaksi dengan bentuk tak menentu,” lanjutnya. “Itu tiga macam galaksi menurut kategori, kamu paham?” katanya sambil melirik adiknya. “APAAA!?” katanya sambil terbelalak. “Ternyata penjelasanku dia jadiin dongeng tidur…pantesan dia nggak komentar apapun…haaahh…” kata Husna sambil mendesah. Tapi akhirnya Husna tidur juga.

Paginya, ketika Hasna bangun, Husna habis dari kamar mandi. “Kamu pasti nggak dengar penjelasanku tentang macam-macam galaksi itu, kan?” tanyanya sedikit jutek. Husna agak marah karena penjelasannya nggak didengarkan.

“Eheheee…maaf, jangan marah. dong. Kan, aku udah ngantuk, karena dari pagi sampai sore main cendak dodok (mainan tradisional Jawa) terus kan?” jawabnya sambil nyengir. Husna ber- puh pelan.

“Mandi sana!” katanya sambil melotot, melihat adiknya malah tidur lagi.

“Hah? Kan, masih malam Husna, subuh aja belum.” kata Hasna.

“Kan bisa, habis kamu mandi kita lanjut penjelasan tentang luar angkasanya. Oke?” kata Husna sambil mengerlingkan mata.

“Huuuh…iya…iya…” jawab Hasna.

“O, ya! Kali ini, akan aku jelaskan tentang…pokoknya ini pasti kamu suka!” kata Husna.

“Wow! Apa ituu? Tentang apa? Makanan? Cara main game di HP?” tanya Hasna. Matanya langsung terbuka lebar. Husna melambaikan tangan. Itu nanti. Hasna langsung menuju kamar mandi dengan gontai, ngantuk lagi.

“Aku udah mandi! Apa yang mau kamu jelasin?” tanya Hasna nggak sabaran.

“Aku akan menjelaskan tentang nebula dan gugusan bintang. Apa itu Nebula? Nebula merupakan awan debu dan gas yang ada dalam galaksi kita. Sebuah nebula akan terlihat ketika gas-gas unsurnya berpendar. Atau, ketika debu dan gasnya memantulkan cahaya bintang-bintang. Atau, ketika gas itu menutupi cahaya dari sumber-sumber yang lebih jauh,” jelas Husna panjang lebar.

“Oohh.. jadi itu yang namanya nebula ya? Masyaallah…aku mau cari lewat teropong, ah…” kata Hasna.

“Ketemu Hasna?” tanya Husna.

“Nggak…” jawab Hasna dengan sedih.

“Aah…sudah kuduga. Tapi, aku punya buku isinya gambar-gambar nebula, lho. TARAAA!!!” kata Husna.

“WOW! Untukku? Makasih, Husna!!” kata Hasna ketika melihat kakaknya mengangguk. “Kamu kapan beli, Husna? Kok, aku nggak lihat?” tanya Hasna.

“Itu yang kubeli pakai uang lebaranku, yang waktu itu aku rahasiakan. Aku harap ini berguna, tapi nggak ada yang cocok untuk kuberi.  Keingetan kamu suka tentang ini, tak kasih kamu aja, deh.” kata Husna. Hasna tambah senang.

“Nah…sekarang, tolong dong…jelasin tentang gugusan bintang. Please…” kata Hasna memelas. Husna tertawa.

“Mukamu nggak cukup lucu untuk membujukku menjelaskan tentang gugusan bintang,” katanya. Hasna ber-yaah pelan.

“Subuh! Shalat dulu, yuk! Nanti aku jelasin tentang gugusan bintang” kata Husna. Hasna bersorak girang.

“Nah, kujelaskan ya, bintang yang biasanya terlihat dalam kelompok-kelompok, disebut sebagai gugusan bintang. Gugusan bintang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu, gugusan tidak teratur/renggang, biasanya terdiri beberapa ribu bintang muda (yang muncul dari awan itu sendiri dan sesudah itu masing-masing saling menjauhi satu sama lain. Kedua, gugusan bintang bulat padat yang berisi ratusan ribu bintang-bintang kuno.” jelas Husna sehabis Shalat Shubuh.

Sekarang Hasna mendengar dengan serius, bahkan wajahnya merah saking seriusnya.

“Hahaha, kamu terlalu serius Hasna, santai aja, nggak perlu seserius itu. Wajahmu sampai merah tu, lo,” kata Husna.

“Aku nggak peduli! Mau wajahku merah, kuning, biru, hijau, ungu, hitam. Tapi, ada keajaiban apa lagi di luar angkasa? Aku pengen tau leebih banyak lagi! Please…jelasin lebih banyak, ya!” kata Hasna bersemangat. Husna tercengang, adiknya semangat banget, pikirnya. Detik berikutnya dia tertawa.

“Bwakakak!! Jenis wajahmu banyak banget, Hasna! Hitam pun Ada? Bwakakak!!” kata Husna sambil memegang perutnya. “Baik, Baik, aku jelasin yang lain, daripada kamu malah ndaftar jenis warna wajah lainnya lagi.” katanya sambil menahan tawa.

“Aku jelasin tentang bintang-bintang. Eh? Bosen ya?” tanyanya.

“Enggak! Cepetan, jelasin tentang bintang bintang!” kata Hasna.

“Em…tunggu, Umi telfon,” kata Husna sambil ngeluarin HP-nya.

“Waalaikumsalam, Umi. Kenapa? Oh…ya, kalau Umi masak, kami makan di rumah. Tapi, kalau Abi beli makan di luar, kami makan di sini aja. Oh, Umi masak sop? Oo, kalau cuman sedikit, untuk Umi, Abi, Husni, sama Hasan aja, Mi. Biar Husna sama Hasna makan di sini aja, kami masak sendiri. Masak roti bakar pakai selai, Mi. Nggak papa, Insya Allah Husna bisa, kok. Kalau susu tinggal bikin, Mi. Kami punya susu bubuk di sini. Kemarin beli Alfamaret. Kenyang, Mi. Kami juga punya cemilan kok, banyaak. Nanti malam masih mau nginep di sini ya, Mi. Tolong suruh Husni dan Hasan untuk nganterin baju ya, Mi. Sampai sore kayaknya. Sama sekalian cemilan sedikit, ya. Iya, memang punya, tapi tinggal sedikit. Hihihi. Sedikit kok. Yeaay, makasih, Mi. Iya, wa’alaikumsalam,” kata Husna.

“Kenapa, Hasna?” tanya Husna ketika melihat adiknya mengepalkan kedua tangannya di depan dada, sambil mencak-mencak bersemangat.

“Lanjut! Lanjut! Lanjut ceritanya! Ayo! Ayo, too! Cepetaan, nggak sabar nih!” kata Hasna, mencak-mencaknya makin semangat.

“Waaak!! Adududuh! Jangan gitu, dong! Rumah pohonnya goyang niih! Iya, iya! Aku jelasin! Tunggu! sabar!” kata Husna. “Nah…”

“Bintang-bintang terdiri dari himpunan materi gas panas yang berasal dari dalam nebula. Bintang-bintang sangat bervariasi dalam hal ukuran, kepadatan, dan panas. Warna sebuah bintang ditentukan oleh panasnya. Bintang paling panas berwarna biru, sedangkan yang paling dingin berwarna merah. Matahari yang memiliki suhu permukaan 5.500℃ berada di antara kedua warna ekstrem tersebut. Karenanya, matahari terlihat berwarna kuning,” jelas Husna.

“Hm? Matahari memangnya bintang, ya?” tanya Hasna.

“Iya, kalau menurut teori. Kalau menurut Al-Qur’an itu matahari, ya, matahari. Bukan bintang, bukan planet.” kata Husna. Dia senang banget penjelasannya didengar khusyu’.

“O, ya! Hmm…apakah ada ayatnya tentang bintang?” tanya Hasna.

“Hohoho, tunggu. Penjelasan kita belum selesai!” kata Husna berlagak seperti bos. “Kalau tentang bintang bintang neutron, lubang hitam, dan rasi bintang kita lewati dulu. Sekarang tentang meteor atau bintang jatuh.” ujarnya. Lalu melanjutkan, “Inilah titik titik bersinar yang bergerak cepat di langit dan meninggalkan jejak bercahaya lalu menghilang dengan cepat. Allah berfirman, ‘sesungguhnya kami telah menghias langit yang terdekat bintang bintang (sebagai hiasan), dan benar benar menjaga nya dari setiap setan setan yang durhaka. Mereka tidak bisa menyimak para malalaikat karena mereka dilempari dari  segala penjuru. Mereka diusir, dan bagi mereka siksaan yang kekal. Tetapi di antara mereka yang mencuri curi pembicaraan itu, mereka akan dikejar nyala api yang terang. (QS. As-Shaffat:  6-10),”. Husna terkikik melihat adiknya gemetar mendengar kata dikejar nyala api yang terang.

“H…Hu…Husna…aku takut…” kata Hasna sambil celingak-celinguk, seolah-olah akan ada api yang mengejarnya. Setelah itu Hasna tanya lagi. “Ayo lanjutkan!” pintanya.

“Oke, mm…tadi sampai mana, ya? Aku lupa,” jawab Husna sambil garuk-garuk kepala.

“Dasar pelupa! Tadi sampai ayat itu!” kata Hasna sambil tertawa.

“Tunggu, Umi telpon lagi. Wa’alaikumsalam, kenapa, Mi? Olahraga pagi? Kenapa? Oh! Iya deng! Ini udah jam enam pagi! Harusnya aku sama Hasna olahraga pagi, ya? Iya deh, oke, Assalamu’alaikum!” kata Husna.

“Ahahaha, Umi ada-ada aja. Di rumah pohon pun anaknya disuruh olahraga pagi juga. Jadwal wajib dilakukan! Ahahaha…Umi…Umi…hihihi!” katanya pada diri sendiri sambil cekikikan. “Eh? Hasna, ayo olahraga pagi dulu! Nanti baru aku lanjutin.” katanya lagi masih sambil cekikikan dan mengajak adiknya untuk berolahraga.

Bersambung, in syaa Allah.

Cerita oleh: Alifa

Sumber rujukan: Mukjizat Ilmiah di Bumi dan Luar Angkasa, karya Yusuf Al-Hajj Ahmad, Penerbit AQWAM.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *